Dilansir American Live Wire, Senin 20 Januari 2014, para peneliti mengungkapkan temuan terkait bencana alam El Nino di Jurnal Nature Climate Change.
Dalam laporannya dikatakan El Nino akan terjadi setiap 10 tahun sekali. Berbeda dengan periode sebelumnya yang terjadi 20 tahun sekali.
Untuk diketahui, El Nino merupakan peristiwa iklim alami yang terjadi ketika suhu air di Samudera Pasifik meningkat, akibatnya pola curah hujan di wilayah itu akan semakin tinggi.
Ketua tim penelitian, Dr Wenju Cai mengungkapkan, untuk memprediksi terjadi bencana alam esktrem El Nino, tim peneliti menggunakan 20 model iklim dengan mengukur peningkatan frekuensi efek gas rumah kaca secara global.
Biasanya, dia menjelaskan, dampak El Nino menyebabkan curah yang hujan yang sangat tinggi di wilayah Amerika Selatan hingga mengakibatkan banjir.
Sementara, untuk wilayah Asia Tenggara dan Australia akan menciptakan kekeringan dan kebakaran hutan. Termasuk Indonesia yang mempunyai hutan hujan terbesar di dunia, Borneo alias Kalimantan, dan bertambah gundul setiap tahunnya.
"Bencana alam El Nino terparah terjadi pada tahun 1997. Pada waktu itu, El Nino mengakibatkan 23.000 kematian di dunia dan menelan kerugian antara US$35 sampai US$45 miliar (Rp545 triliun)," papar Cai.
"Perubahan iklim global bukan lagi isu main-main. Penelitian ini menciptakan perhatian baru manusia. Bukan tidak mungkin, di masa depan kita akan semakin sering melihat bencana alam," kata Cai.
Jadi kita harus tahu dari laporan ini, diketahui penyebab utama dari meningkatnya kemunculan bencana El Nino di dunia adalah tingkat pemanasan global semakin tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar